Sejarah Indonesia
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sejarah Indonesia
Artikel ini
membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya. |
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang
yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan
penemuan "Manusia Jawa"
yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat
dibagi menjadi lima era:
Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddhaserta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan;
Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda
selama
sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945)
sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahanSoeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Nusantara pada periode prasejarah
Replika tempurung kepala manusia Jawa yang
pertama kali ditemukan di Sangiran
Secara
geologi, wilayah Indonesia modern
(untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan
pertemuan antara tiga lempeng benua utama:Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat
artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia
seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, sekitar
10.000 tahun yang lalu.
Pada
masa Pleistosen, ketika
masih terhubung dengan Asia Daratan,
masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah
fosil-fosil Homo
erectus manusia
Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan
sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1]di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih
bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak
100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 60
000 sampai 70 000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka,
yang berfenotipe kulit
gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak
lonjong (Paleolitikum).
Gelombang pendatang berbahasa
Austronesia dengan kultur Neolitikum datang
secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipinamembawa
kultur beliung persegi (kebudayaan
Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang
penduduk berciri Mongoloid ini
cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin
campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara.
Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk
bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad
ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat,
praktik-praktik megalitikum,
serta pemujaan roh-roh (animisme)
serta benda-benda keramat (dinamisme).
Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta
kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan
dari India akibat
hubungan perniagaan.
Lihat
pula: Sejarah
Nusantara
Para
cendekiawan India telah
menulis tentang Dwipantara atau
kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra atau
Swarna dwipa sekitar 200 SM.
Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada
abad ke-5, yaitu: Kerajaan Tarumanagara yang
menguasai Jawa
Barat dan Kerajaan Kutai di
pesisir Sungai
Mahakam, Kalimantan.
Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di
saat Eropa memasuki
masa Renaisans, Nusantara telah
mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar
yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil
yang sering kali menjadi vazal tetangganya
yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti
di Maluku).
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era
kerajaan Hindu-Buddha
Prasasti Tugu peninggalan RajaPurnawarman dari Taruma
Pada
abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak
Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang
dilanjutkan denganKerajaan
Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan
Buddha Sriwijaya berkembang
pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi
ibukotanya Palembang sekitar
tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat danSemenanjung
Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah
kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331hingga 1364, Gajah Mada berhasil
memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia
beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada
termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat
dalam wiracaritaRamayana.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir
di Indonesia sekitar abad
ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada
abad 7Masehi. Saat itu
sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat
Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di
Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di
Asia Barat sejak abad 7.[4]
Menurut
sumber-sumber Cina menjelang
akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi
pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada
institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar
bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta
dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi:
“Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu
seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di
wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu
wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak
12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda
hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar
tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang
dapat mengajarkan Islam kepada
saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian,
yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun
dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi
ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang
masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi
politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan
Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839
M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan
Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan
ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai
kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di
Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang
tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur,
rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad
ke-16 dan 17,
dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan
tersebut.
Penyebaran
Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena
para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan
Islam yang datang dari luar Indonesia, maka
untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang,
para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari
penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke
penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama
mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di
antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang
menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram,Kerajaan Iha, Kesultanan
Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara Zaman
Portugis dan Spanyol
Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de
Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat kawasan Nusantara waktu
itu dikenal oleh orang Eropa dan
dimulainya Kolonisasi berabad-abad
olehPortugis bersama
bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.
Dari Sungai Tejo yang
bermuara ke Samudra
Atlantik itulah armada Portugis mengarungi Samudra Atlantik,
yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari
sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah,
komoditas yang setara emas kala itu.
”Pada
abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik itu
diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata
Teresa. Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu
didirikan oleh Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai
petualangan ke timur.
Museum
Maritim atau orang Portugis menyebut Museu de Marinha itu didirikan oleh Raja
Luis pada 22 Juli 1863 untuk menghormati sejarah maritim Portugis.
Selain
patung di taman, lukisan Afonso de Albuquerque juga menjadi koleksi museum itu.
Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar
Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir
kebijakan kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang
perdagangan Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau
merica.
Ada
sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli
sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal:
Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah
ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis
datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa
Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti
harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi
militer, dan penyebaran agama Katolik.
Menurut
Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan
Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa,
ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511
membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya
mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan
rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis
yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
Periode
1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi
Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau
Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku.
Pada
tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.
Pada
tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk
menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut
kemudian diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak
yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja
Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di
suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar
Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan
membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.
Pada
tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco
Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di
Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok.
Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda,
terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.
Kehadiran
Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak
sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di
Nusantara, khususnya flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang
terletak di bagian Utara Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan
tanah Marunda.
Bangsa
Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada
waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan
Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah
mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti
dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan
benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau
Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena
Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah
seorang misionaris terkenal adalah Fransiskus
Xaverius. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan
perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan
kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama.
Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan
Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki
dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.
Perlawanan
rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya
di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan
pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada
Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram,
dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian
besar wilayah Maluku.
Kedudukan
Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak
saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan
Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh
di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak
segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan
ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
kemudian
mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512 membangun
Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka
daerah Sulawesi Utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660).
Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca
buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong).
Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir
Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor
timur (sejak 1515).
Kolonialisme
dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali
dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin
Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan
berdagang.
Kedatangan
bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan perintah
dari negaranya untuk berdagang.
Perjuangan
perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah berlangsung dari
tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa maka mereka
dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng pertahanan di
Minahasa diantaranya di Amurang dan Kema.
Pada
tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan
Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun
1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat.
Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat
menguasai Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan
oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi
Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.
Mulai
tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis
mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda
berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan
1629.
Bangsa
Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis
berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis
karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli
perdagangan rempah-rempah.
Pada
tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk
mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh
Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis,
namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam
Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574.
Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
·
1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan
Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan
sekitar untuk merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan
mendukung Bolaang
Mongondow yang berakhir tahun 1692.
·
Portugis
di Melaka menghancurkan armada Jawa.
Kapal mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
·
Desember,
Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari
Melaka untuk menjelajah ke arah Timur.
·
Dua
kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco
Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan dukungan bagi
Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos
Portugis di Ternate.
·
1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang
Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui
Raja Sunda di Pajajaran. Portugis
diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang
Jakarta).
·
Udara
menyerang Demak dengan
bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan Majapahit dipukul mundur,
tapi Sunan
Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit
melarikan diri ke Bali.
·
1514
·
1515
·
1518
·
1520
·
1521
·
Unus
memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan
orang-orang Portugis di Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
·
Kapal
terakhir dari ekspedisi Magelhaens mengeliling
dunia berlayar antara pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.
·
1522
·
Kerajaan Sunda, yang
masih beragama Hindu, meminta
bantuan Portugis untuk menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak kerjasama ditandatangani dan
sebuahpadrao didirikan di Sunda Kalapa
·
Sisa-sisa
ekspedisi Magelhaens berkeliling dunia mengunjungi Timor.
·
1523
·
Gunungjati
kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi saudara
perempuan Sultan Trenggono.
·
1524
·
Gunungjati
dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara terbuka dan
rahasia di Jawa
Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang
beribukota diPajajaran dan
persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya
tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon dan
Demak.
·
1525
·
1526
·
Portugis
membangun benteng pertama di Timor.
·
1527
·
Demak
menaklukkan Kediri, sisa-sisa
Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti
Majapahit; Sunan
Kudus ikut serta.
·
Cirebon,
dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa,
pelabuhan Kerajaan
Sunda. Fatahillah mengganti
namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat pimpinan
"Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis,
"Falatehan"—namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan
Gunungjati dari Cirebon) Para penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda
didorong mundur meninggalkan daerah pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang
atau benteng sesuai perjanjian dagang antara Portugis dengan Kerajaan Sunda
batal terwujud.
·
Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di
Arosbaya (kini Bangkalan),
menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu.
·
1529
·
Raja-raja
Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal,
dan Filipina menjadi
milik Spanyol.
·
1530
·
Surabaya dan Pasuruan takluk
kepada Demak. Demak merebut Blambangan, kerajaan
Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
·
Banten
memperluas pengaruhnya atas Lampung.
·
1536
·
Serangan
besar Portugis terhadap Johor.
·
Portugis
membawa Sultan
Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan
kegiatan-kegiatan anti Portugis, menggantikannya dengan saudara-saudaranya.
·
1537
·
1539
·
1540
·
Portugis
berhubungan dengan Gowa.
·
1545
·
1546
·
Demak
menyerang Blambangan namun gagal.
·
Trenggono
dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata.
Menantunya, Joko
Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
·
1547
·
Aceh
menyerang Melaka.
·
1550
·
Portugis
mulai membangun benteng-benteng di Flores.
·
1551
·
1552
·
Hasanuddin
memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten,
lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
·
1558
·
Wabah
cacar di Ternate.
·
1559
·
1560
·
Spanyol
mendirikan pos di Manado.
·
1561
·
Sultan
Prawata dari Demak meninggal dunia.
·
Misi
Dominikan Portugis didirikan di Solor.
·
1564
·
1565
·
Aceh
menyerang Johor.
·
1566
·
Misi
Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.
·
1568
·
Serangan
yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.
·
1569
·
Portugis
membangun benteng kayu di pulau Ambon.
·
1570
·
Aceh
menyerang Johor lagi, namun gagal.
·
Sultan
Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis,
tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai
melakukannya. Baabullahmenjadi
Sultan (hingga * 1583), dan bersumpah
untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka.
·
1571
·
1574
·
Jepara
memimpin serangan yang gagal di Melaka.
·
1575
·
Sultan
Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah
benteng di Tidore.
·
1576
·
Portugis
membangun benteng di kota Ambon sekarang.
·
1577
·
1579
·
Banten
menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut
sisa-sisa Kerajaan Sunda, dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang
enggan memeluk Islam, yaitu Prabu Ragamulya atau
Prabu Suryakancana, meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda tersebut
dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.
·
November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah
menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di
Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan
perjanjian persahabatan dengan Britania.
·
1580
·
Maulana
Muhammad menjadi Sultan Banten.
·
Portugal
jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak
dipedulikan.
·
Ternate
menguasai Butung.
·
1581
·
Sekitar
saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah
dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songomendesaknya),
mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.
·
1584
·
Sutawijaya menggantikan
ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah
dari Kota Gede.
·
1585
·
Kapal
Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam
tepat di lepas pantai.
·
1587
·
Sutawijaya
mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada
Sutawijaya. Gunung
Merapi meletus.
·
Portugis
di Melaka menyerang Johor.
·
Portugis
menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
·
1588
·
Sutawijaya
mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.
·
1590
·
Desa
asli Medan didirikan.
·
1591
·
Senopati
merebut Madiun, lalu Kediri.
·
Ternate
menyerang Portugis di Ambon.
·
1593
·
Ternate
mengepung Portugis di Ambon kembali.
·
1595
Mulai
tahun 1602 Belanda secara
perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan
memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah
menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang
tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi
Indonesia bernama Timor
Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali
untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belandadan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II.
Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi
salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda
bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan
kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada
abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah
Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda:Verenigde
Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli
terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen
Belanda pada tahun 1602. Markasnya
berada di Batavia, yang kini
bernama Jakarta.
Tujuan
utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini
dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di
kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan
terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk
tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus
menjual biji pala kepada
pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh
populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan
pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC
menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam
beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Belanda
Setelah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) jatuh bangkrut
dan dibubarkan pada akhir abad
ke-18, tepatnya adalah pada tahun 1798 dan setelah kekuasaan Kerajaan Inggris yang
pendek di bawah Gubernur-Jenderal Thomas Stamford Bingley Raffles, pemerintah Kerajaan Belanda kemudian
mengambil alih kepemilikan VOC dan Hindia-Belanda pada
tahun 1816. Sejak saat
itu, pemerintah Kerajaan
Belanda berkuasa dan berdaulat penuh atas wilayah Hindia-Belanda yang
tertulis dalam Undang-Undang Kerajaan Belanda tahun 1814 dan diamandemen tahun 1848,1872, dan 1922 menurut perkembangan wilayah Hindia-Belanda.
Sebuah
pemberontakan di Jawa, yang terkenal dengan Perang Diponegoro,
berhasil ditumpas pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang
dikenal sebagai cultuurstelseldalam bahasa Belanda mulai
diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil
perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian
diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para
pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini
adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas
setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang
mereka sebut Politik
Etis (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang
termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orangpribumi, dan sedikit
perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda,
dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat
Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda
merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan.
Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari
profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di
Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk
Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Pada
Mei 1940, awal Perang Dunia II,
Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan
siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat danBritania. Negosiasi
dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat
gagal di Juni 1941, dan Jepang
memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang
sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap
pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada
Maret 1942.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Jepang
Wikisumber memiliki
naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
|
Pada
Juli 1942, Soekarno menerima
tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang
juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan
para Kyai memperoleh penghormatan dari Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi,
pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di
mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di
daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan,
terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan
hukuman mati, dan kejahatan
perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda
merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada
Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan
integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan
bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah
Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk
bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Mendengar
kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan
seperti itu pada 16
Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari
berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran
sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA),
para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai
Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari
sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai
parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini
mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan
menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak
termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era 1945-1949
Teks Proklamasi
Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang
bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda
sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun
suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda
untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa,
pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para
nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai
ibukota mereka. Pada 27
Desember 1949 (lihat
artikel tentang27
Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana
dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal
Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.
Tidak
lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang
terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan
bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik
sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil
susah dicapai.
Peran
Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang
berdasarkan Pancasila sementara
beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang
yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.Demokrasi
Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif
lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh
seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet
diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden
menjabat sebagai kepala negara.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan
yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat
dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk
mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya
pada 1959 ketika
Presiden Soekarno secara
unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang
memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari
1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah
label "Demokrasi
Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia
menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara
bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para
pemimpin tersebut berkumpul diBandung, Jawa Barat pada
tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk
mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada
akhir 1950-an dan
awal 1960-an, Soekarno
bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri.
Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah
menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara
lainnya.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Konflik
Papua Barat
Pada
saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan
barat pulau Nugini (Papua),
dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian
kemerdekaan pada 1
Desember 1961.
Negosiasi
dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal,
dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum
kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan
1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan
perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian
New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih
kekuasaan terhadap Irian
Jaya pada 1 Mei 1963.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno
menentang pembentukan Federasi Malaysia dan
menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial"
untuk mempermudah rencana komersial Inggris di
wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia,
hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara
Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia
untuk memengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia
dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetapDewan
Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara
Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan
Baru (CONEFO) sebagai
tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada
tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara
pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Gerakan
30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari
organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk
rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk
membentuk "Angkatan
Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi
militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang
lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang
disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando
Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas
kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini
untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang
dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang
paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Orde Baru
Setelah
Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah
mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia
"bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali
pada tanggal 28
September 1966,
tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk
masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara
berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden
Soeharto memulai "Orde
Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan
perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui
struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli
ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini,
dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya,
jumlah orang yang kelaparan dikurangi
dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Setelah
menolak supervisi dari PBB,
pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan
Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian
dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara
konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang
Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan
terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya
berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut.
Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang
lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan
Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan
dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibatkejadian politis di Portugal,
pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam
pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah
partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah
sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur
dalam sebuah operasi
militer yang disebut Operasi Seroja.
Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan
persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap
dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan
gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada
masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor
Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak
pelanggaran HAM yang
terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk
memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang
diadakan PBB. Sekitar 99%
penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera
setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia
melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di
daerah tersebut.
Pada
Oktober 1999, MPR membatalkan
dekrit 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita
Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor
Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya
didampingi B.J. Habibie.
Pada
pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk
lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertaikemarau terburuk
dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang
semakin jatuh. Rupiah jatuh,
inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran,
yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di
tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri
pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk
masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk
menjadi presiden ketiga Indonesia.
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Reformasi
Presiden
Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah
kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas
negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para
tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan
organisasi.
Pemilu
untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan
putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang
pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya
selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinanHamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) 10%. Pada Oktober 1999,
MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil
presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November
1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus2000.
Pemerintahan
Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di
bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus
berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama,
terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah
yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan
kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan
masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan
tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan
politik yang meluap-luap.
Pada
Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan
meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam
skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan
koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang
memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati.
Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa
pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong royong.
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia
diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden
baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima
berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember
2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang
Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil
dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan
Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan
selama 30 tahun di wilayah Aceh.
No comments:
Post a Comment